Menggapai Puncak Tertinggi Gunung Arjuna (3339 Mdpl)

3339 Mdpl merupakan daratan tertinggi yang pernah gue daki seumur hidup.

Puncak Arjuna
Puncak Arjuna

Beberapa minggu sebelum pendakian gue diajak temen buat ndaki Arjuna. Langsung aja gue terima tanpa pikir panjang. Beberapa hari setelahnya gue iseng-iseng nyari artikel soal Gunung Arjuna, anjir... isinya mistis semua.

Diantaranya ada tempat yang namanya Pasar Dieng biasa disebut sebagai pasar setan karena pernah ada pendaki yang ngecamp di sini terus kebangun karena kaget suasananya berubah jadi ramai dan banyak yang jualan. Gue nemu artikel juga ada pendaki yang barusan meninggal karena cuaca buruk beberapa bulan sebelum gue ndaki.

Jujur semua hal di atas sempet bikin niat gue goyah, apalagi seminggu sebelum pendakian rombongan gue sempat ngumpul dan ngobrol kalo rombongan KBMR (Komunitas Backpacker Malang Raya) yang bakal jadi pemandu jalur kami batal ke Arjuna karena ragu sama cuacanya. Wah... makin ragu nih gue.

Tapi karena temen yang lain semangat banget gue jadi gak mau kalah sama mereka. Akhirnya dengan mengucap Bismillah gue putusin untuk tetap lanjutin pendakian hebat ini.

Hari pendakian akhirnya tiba. Dengan persiapan yang serba mendadak gue nyiapin semua dengan apa adanya. Mulai dari logistik, pakaian, jaket, carrier, dan headlamp baru gue siapin pagi hari padahal rombongan berangkat siang.

Jalur pendakian yang gue ambil adalah lewat Tretes, Pasuruan. Dari Malang ke Tretes sekitar 2 jam perjalanan. Rombongan gue sampai di pos perizinan jam 5 sore dan langsung ndaki ke pos camp pertama yaitu Kokopan jam 7. Dari pos perizinan gue sampai di Kokopan jam 11 malam lewat.

Gue sempat khawatir karena selama tidur tiba-tiba hujan turun. Udara akhirnya makin dingin pas pagi hari. Setelah cuci muka pakai sumber air di pos Kokopan mata gue langsung melek, airnya dingin banget coy.

Karena dinginnya cuaca rombongan gue baru ngelanjutin ke pos selanjutnya yaitu Pondokan sekitar jam 10. Menurut gue, medan dari Kokopan ke Pondokan adalah medan paling berat karena hampir semua jalurnya selalu menanjak sekitar 45 derajat. Terlebih, kali ini gue bawa tas carrier yang berisi tenda. Gue sempet kehabisan air saat perjalanan ke Pondokan tinggal 30 menit, hal ini sempet bikin gue frustasi karena capek, lapar, dingin dan haus menyatu dengan gilanya.

Akhirnya sekitar jam 4 gue nyampe juga di Pondokan dan langsung ngambil posisi tidur karena gak kuat lagi. 30 menit gue habisin untuk istirahat dan makan dulu sebelum ngelanjutin ke pos terakhir, Lembah Kidang.

Gue kira jalur ke Lembah Kidang bakal sama beratnya, tapi Alhamdulillah ternyata jauh lebih mudah dan cepat. Gak nyampe 1 jam gue udah sampe Lembah Kidang. Di sini tempat terakhir rombongan gue ngecamp sebelum muncak keesokan hari.

Perjalanan menuju puncak dimulai jam 7 pagi, sudah terlihat kibaran bendera merah putih dari arah puncak meskipun gue masih jauh di bawah. Perjalanan menuju puncak memakan waktu sekitar 4 jam tanpa membawa carrier. Medan yang berat dan pemandangan yang indah silih berganti gue hadapi selama pendakian.

Puncak Arjuna dari bawah
Puncak Terlihat Dari Bawah
Kita bisa ngelihat kembaran Arjuna si Welirang selama ndaki. Edelweis juga ada tapi belum berbunga. Satu kesalahan yang gue perbuat pas mau muncak, gue cuma bawa sedikit air padahal di atas udah gak ada sumber air lagi. Sukur masih ada pendaki lain yang berbaik hati membagi airnya ke gue.


Gunung Welirang dari Arjuna
Menatap Gunung Welirang


Pemandangan Arjuna
Menuju Puncak

Sebelum sampai puncak, gue ngelewatin 5 makam para pendaki yang gugur di Arjuna. Semoga mereka bisa beristirahat dengan tenang. Gue jadi ingat sama satu kalimat yang ada di pos perizinan. Kira-kira kayak gini...


"Puncak hanyalah Bonus, tujuan utama kita adalah Selamat kembali di rumah"

Makam di Puncak Arjuna
Mereka Yang Gugur
Puncak udah kelihatan dengan jelas, tinggal satu tanjakan terakhir yang perlu gue lewatin sebelum nginjakin kaki di puncak.

Puncak Arjuna
Pucuk... pucuk... pucuk...

Dan tibalah saat di mana gue bisa nginjakin kaki di ketinggian 3339 Mdpl. Puncak Ogal Agil, Gunung Arjuna. Bener-bener pengalaman yang luar biasa.

Puncak Ogal Agil, Gunung Arjuna 3339 Mdpl
Puncak Ogal Agil, Gunung Arjuna 3339 Mdpl
Banyak pelajaran yang bisa gue ambil dalam pendakian ini. Sebuah perjuangan berat yang tak mengenal lelah akan menghasilkan sebuah hasil yang luar biasa indahnya untuk dinikmati. Begitu pula kebersamaan yang udah gue habisin bersama rombongan yang luar biasa ini.

Lembah Kidang
Camp di Lembah Kidang

Study Ekskursi 2014 : Goes to Bandung !!!

Kawah Putih
Kawah Putih

Tengah Maret kemarin gue ikut study ekskursi bareng temen-temen Teknik Elektro UB ke Bandung. Tujuan kami adalah PT. Dirgantara Indonesia , Lembaga Elektro Nasional, Kawah Putih dan Cibaduyut. Kegiatan ini berlangsung dari tanggal 11-14 Maret 2014. Lumayan 4 hari ijin dari perkuliahan.

Jujur, lebih banyak berasa capeknya daripada liburannya. Soalnya perjalanan ini pake Bis Pariwisata, bayangin aja selama 4 hari gue ngabisin waktu sekitar 48 jam di dalam bis. Tapi, gpp lah yang penting Jalan-Jalan Men.

Tujuan pertama kami adalah PT. Dirgantara Indonesia dan Lembaga Elektro Nasional. Rombongan dipisah jadi dua dan gue kebagian ke PT. Dirgantara Indonesia. Di sana gue lihat pesawat kebanggaan Indonesia yang dibuat oleh putra terbaik bangsa. Mulai dari tempat pembuatan rangka yang akan diekspor sampai hanggar pesawat kami kunjungi.


Pesawat RI N250
Pesawat RI N250

Selesai keliling PT. DI kami lanjut ke STEI ITB bertemu HME ITB untuk saling sharing beberapa hal terkait kampus kami masing-masing. Mulai dari perkuliahan, praktikum, hingga kelembagaan dikupas begitu mendalam. 

Setelah dari ITB kami istirahat di hotel dan lanjut ke tujuan berikutnya yaitu Kawah Putih keesokan harinya.
Sampai di Kawah Putih gue langsung cari spot yang keren buat jepret-jepret. 2 jam gue habisin waktu di sana.

Kawah Putih
Kawah Putih

Lanjut ke tujuan terakhir, Cibaduyut yang terkenal akan kerajinan kulitnya. Sampai di Cibduyut udah sore banget waktu itu. Baru sebentar lihat-lihat ke beberapa toko, hujan deres langsung turun gitu aja. Akhirnya gue putusin beli sebiji dompet aja, mengingat isi dalam dompet lagi engap-engapan.

Sekitar jam 7 malam kami langsung balik menuju Malang dan baru sampai keesokan malamnya.

Benar-benar perjalanan yang capek di jalan...

Pantai Ngliyep itu...

Pantai Ngliyep
Pantai Ngliyep

Ombaknya gede banget !!! Itulah kesan pertama gue  ketika menginjakkan kaki di tepi pantai.

Ngliyep merupakan kumpulan dari beberapa blok pantai yang memiliki karakteristik berbeda-beda.

Diantaranya adalah blok pantai yang terhampar luas tanpa adanya karang. Di blok ini ombaknya bener-bener gede.

Blok Pertama



Kemudian ada blok pantai tengah yang berada di antara dua buah karang besar yang memiliki ombak cukup tenang. Terakhir, blok pantai yang banyak ditemui batu karang sepanjang tepi pantainya, ombak disini juga sangat besar namun sayang kebersihannya kurang terjaga.



Blok Karang

Daerah Karang Ngliyep
Blok Karang
Untuk mencapai Ngliyep, gue perlu waktu sekitar 4 jam dari Malang karena kemarin mampir dulu ke Bendungan Lahor di perbatasan Malang-Blitar. 

Pemandangan di sini beneran sejuk, sampe-sampe lupa sama tujuan utama gue. Ternyata gak cuma rombongan gue yang berhenti di sini, banyak pengendara lain yang berhenti sejenak menikmati keindahan sambil berfoto di bendungan ini.

Bendungan Lahor Malang Blitar
Bendungan Lahor

Rute yang gue ambil waktu itu adalah Kota Malang - Kepanjen - Sumber Pucung - Karangkates - Donomulyo. Jadi, gak ada salahnya bagi para traveler yang mau ke Ngliyep umampir sebentar ke bendungan ini untuk sekedar bersantai sejenak.


Malang City At Night

Malang, menyimpan sejuta keindahan di dalamnya. Tak hanya tempat wisata ataupun kekayaan budaya. Malang juga merupakan sebuah kota yang indah di setiap penjuru kotanya.

Gereja KHY, Kayutangan
Gereja KHY, Kayutangan

Inilah alasan mengapa gue memilih Malang sebagai tempat menimba ilmu. Keberagaman umat beragama, suku, dan bahasa tercampur begitu indahnya.

Mesjid Jami Malang
Mesjid Jami', Alun-Alun Kota
Menikmati Malang di malam hari adalah hal yang istimewa, kalian bakal ngelihat betapa gilanya arek Malang sama yang namanya nongkrong. Hampir di sepanjang jalan, khususnya daerah Soe-Hat banyak tempat ngopi lesehan pinggir jalan yang menjamur terutama weekend.

Selain itu banyak tempat wisata yang asik banget buat dikunjungi. Tapi sayang, Malang sekarang makin sesak. Macet udah jadi hal biasa meskipun gak separah ibukota yang jelas.

Semoga Malang akan selalu seperti ini, eh jangan lah. Malang harus lebih baik kedepannya. Agar julukan "Swiss van Java" tetap melekat di kota ini.

Balai Kota Malang
Balai Kota Malang

Epic-nya Bromo


Gunung Bromo
Gunung Bromo
Sungguh pemandangan yang luar biasa, pendakian gunung pertama gue selama ini. Dan Bromo membayarnya dengan sangat pantas. Sejuknya udara, hangatnya terbit mentari, dan asrinya pemandangan di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru merupakan hal yang teramat istimewa buat gue.


Sunrise at Bromo
Sunrise at Bromo

Selain karena perjalanan menuju penanjakan yang cukup mencekam ( berangkat tengah malam lewat Nongkojajar ), dinginnya udara juga menjadi tantangan tersendiri buat gue. Tapi, semua itu gak percuma karena gue bener-bener menikmati perjalanan kali ini.
Yaa... meskipun saat itu gue gak bisa ngelihat sunrise dari penanjakan utama karena Pak SBY mau "main" ke Bromo keesokan harinya ( ketemu pas gue balik ). Dalem hati sih kesel banget dah, tapi gak papa lah pikir gue yang penting kan udah nginjekin kaki di Bromo. Terpaksa gue cuma bisa menikmati sunrise dari penanjakan yang lainnya. Dan ternyata pemandangannya juga udah cukup membuat gue speechless waktu itu.

SBY ke Bromo
Rombongan Pak SBY

Habis nikmatin sunrise dari penanjakan (King Kong Hill), gue langsung turun menuju kawah. Yap, lagi-lagi medan terjal harus gue lalui untuk sampai ke kawah. Kemiringan jalan saat itu sekitar 45 derajat dan lumayan bikin gue merinding karena di tepi jalan ada jurang. 



Jeep Bromo
Front Of The Jeep

Pemandangan pertama yang terlihat setelah menuruni jalan terjal adalah kawasan Gunung Batok. Gunung yang berada di samping kawah Bromo. Pemandangan di sini gak kalah keren dengan pemandangan dari penanjakan. Matahari pagi yang baru terbit, kabut tipis yang telah menyelimuti, serta hamparan pasir yang sangat luas memberikan sensasi tersendiri ketika pertama kali menginjakan kaki di sini.

Sunrise Bromo
Looking For Sunrise

Jeep Bromo
Jeep Bromo

Nyampe ke kawah sekitar pukul 07.30 dan suhu sudah mulai menghangat. Beruntungnya, waktu itu asap belerang yang keluar dari kawah gak begitu banyak, jadi gak ada nyium bau belerang.

Kawah Bromo
Kawah Bromo

Setelah puas menikmati pemandangan di sekitar kawah, gue akhirnya balik dengan kondisi capek dan ngantuk.

Sekian dulu cerita pengalaman gue ke Bromo, semoga pendakian selanjutnya bisa lebih epic... 
















Menikmati Keindahan Pulau Sempu


Perjalanan pertama gue setelah nginjakin kaki di Malang. Pulau sempu, menjadi destinasi yang gue pilih bareng temen-temen kampus untuk ngisi waktu liburan semester satu dulu.  Awalnya bingung, apaan sih yang keren dari pulau sempu ? Tapi, pertanyaan itu gue simpan dan gue cari sendiri di sana.

Perjalanan menuju pulau sempu memakan waktu sekitar 5 jam terhitung dari kota Malang. Rinciannya adalah 3 jam dari kota malang ke pantai sendang biru, 30 menit nyeberang ke pulaunya, dan 1 jam nyeker menuju segara anakan.

Pantai Sendang Biru
Pantai Sendang Biru

Pantai Sendang Biru
On the boat

Pantai Sendang Biru
On the boat

Pantai Sendang Biru
 On the boat

Perjalanan kaki

Perjalanan yang terasa lama dan beratpun akhirnya terbayarkan dengan pemandangan yang disuguhkan. Benar-benar hal yang luar biasa dan belum pernah saya temukan sebelumnya. 

Segara Anakan
Temen Ane

Segara Anakan
Camp di Segara Anakan

Segara Anakan
Pict dari tepi jurang

Segara Anakan
Sunset dari tepi jurang

Segara Anakan

Sunset dari tepi jurang


Setelah ngabisin satu malam di pulau sempu, gue dapat ngasih saran buat para traveller yang ingin bepergian ke Pulau Sempu, yaitu bawalah persediaan air mineral yang cukup karena di sana cuma ada air asin.

SHARE IT ON